Thursday, July 18, 2013

Hubungan Asmara di Kantor, Baik atau Buruk?

Selamat datang romansa kerja. Banyak orang yang sudah terbiasa dengan yang namanya mengencani bos-nya, bahkan menurut salah satu survey di Amerika setidaknya ada 40% karyawan yang mengencani bos-nya dan paling tidak 1 diantara 5 karyawan pernah mengencani bos-nya.

Bagaimana ini dapat terjadi? tuntutan kehidupan dengan moving yang begitu cepat membuat orang-orang ingin berada dipuncak dengan cara yang singkat. Serta keinginan untuk merasakan kebebesan tanpa keterikatan membuat kebanyakan pria dan wanita melakukan hubungan friends with benefit yang dimana keduanya tidak terikat secara status dan hubungan formal. Kondisi ini banyak terjadi dilingkungan pekerjaan yang mana kita merasa nyaman tinggal lebih lama didalam kantor. Secara psikologi kita jatuh cinta dengan pekerjaan kita, jatuh cinta dengan rekan kerja bahkan cinta kepada bos kita. Ini dapat terjadi lantaran adanya pengalaman bersama dalam bekerja, semakin dekat dan semakin erat hubungan tersebut menjadi kita saling mengenal dan mengetahui satu sama lain lebih dekat daripada orang terdekat kita.

Kondisi ini dipermudah ketika seorang karyawati baru yang baru memulai karirnya dengan kondisi yang naif dan mudah dirayu. Ini bukan tergantung pada sikapnya namun lebih ke hatinya yang lemah terhadap godaan pria dan cenderung terlalu baik untuk mengiyakan setiap keinginan pikiran pria. Dengan kondisi ini, pria merasakan kenyamanan dan mereka mulai berhubungan satu sama lain. Hubungan ini dibangun semakin dalam dan menuju kepada hubungan asmara yang tidak berujung dimana tidak ada keseriusan untuk membina hubungan ke jenjang yang lebih jauh. Jika diteruskan sebenarnya yang dirugikan adalah pihak wanita lantaran efek pisikis dan psikologis lebih nyata dirasakan.

Apakah ini sebuah kesalahan? Secara norma-norma sosial bisa dikatan ini adalah sebuah kesalahan. Namun tidak dapat dipungkiri latar belakang kehidupan seseorang dapat sangat berpengaruh pada saat dia mengambil sebuah keputusan untuk hidup dalam lingkaran tersebut. Jadi, memang sebaiknya tidak menghakimi apapun yang dilakukan oleh seseorang, mungkin nasehat boleh disampaikan namun bukan penghakiman. Pendekatan yang baik dapat menghasilkan yang baik pula. Mungkin saja bagi mereka yang menganut norma liberalism ini bukanlah sebuah kesalahan dan ini bisa dikatakan gaya hidup yang wajar menurut mereka. Jadi setiap keputusan yang diambil oleh siapapun menjadi tanggung jawab masing-masing si pengambil keputusan.

No comments:

Post a Comment